Selasa, Mei 29, 2012

Thalasemia

THALASEMIA


A.    PENDAHULUAN

Thalassemia merupakan penyakit darah herediter (keturunan) yang paling sering dan akan merupakan kelainan genetic utama yang timbul setelah penyakit infeksi dan gangguan gizi teratasi di Indonesia. Menyambut program pemerintah Indonesia di bidang kesehatan maka kualitas sumber daya manusia tentu saja merupakan factor yang utama dan keberadaan thalassemia tentu saja akan menurunkan kualitas kesehatan masyarakat.

Thalassemia berasal dari kata yunani, yaitu talasa yang berarti laut. Yang dimaksud laut adalah laut tengah, oleh karena penyakit ini pertama kali dikenal didaerah sekitar laut tengah. Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh seorang dokter dari Detroit USA yang bernama Thomas B. Cooley pada yahun 1925. Beliau menjumpai anak-anak yang menderita anemia dengan pembesaran limpa setelah berusia satu tahun.



B.     PENGERTIAN
Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah merah normal (120 hari). Akibatnya penderita thalassemia akan mengalami gejala anemia diantaranya pusing, muka pucat, badan sering lemas, sukar tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi berulang.
Thalassemia terjadi akibat ketidak mampuan sumsum tulang membentuk protein yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin sebagaimana mestinya. Hemoglobin merupakan protein kaya zat besi yang berada didalam sel darah merah dan berfungsi sangat penting untuk mengankut oksigen dari paru-paru keseluruh bagian tubuh yang membutuhkanya sebagai energy. Apabila produksi hemoglobin berkurang atau tidak ada, maka pasokan energy yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh tidak dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuhpun terganggu dan tidak mampu lagi menjalankan aktifitasnya secara normal. Thalassemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari mepat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin.
Thalassemia adalah penyaakit yang sifatnya diturunkan. Penyakit ini, merupakan penyakit kelainan pembentukan sel darah merah.

C.     PENYEBAB
Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukan gejala-gejala dari penyakit ini.
Berdasarkan rantai asam amino yang terkena thalassemia digolongkan menjadi 2 jenis yang utama, yaitu:
1.      Alfa-thassemia (melibatkan rantai alfa)
Pada thalassemia alfa, terjadi penurunan sintesis dari rantai alfa globulin.  Dan kelainan ini berkaitan dengan delesi pada kromosom 16. Akibat dari kurangnya sintesis rantai alfa, maka akan banyak terdapat rantai beta dan gamma yang tidak berpasangan dengan rantai alfa. Maka dapat terbentuk tetramer dari rantai beta yang di sebut HbH dan tetramer dari rantai gamma yang disebut Hb Barts. Thalasemia alfa paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25 % minimal membawa  1 gen)
2.      Beta-thalasemia (melibatkan rantai beta)
Disebabkan karena penurunan rantai beta. Dapat dibagi berdasarkan tingkat keparahanya yaitu thalasemia mayor, intermediet dan karier. Pada kasus thalasemia mayor Hb sama sekali tidak diproduksi. Mungkin saja pada awal kelahirannya, anak-anak thalasemia mayor tampak normal tetati penderita akan mengalami anemia berat mulai usia 3-18 bulan. Jika tidak diobati, bentuk tulang wajah berubah dan warna kulit menjadi hitam. Selama hidupnya penderita akan tergantung pada tsansfusi darah. Ini dapat berakibat fatal, karena efek sampingnya transfusi darah secara terus menerusyang berupa kelebihan zat besi. Salah satu cirri fisik penderita thalasemia adalah kelainan tulang yang berupa tulang pipi yang masuk kedalam dan batang hidung menonjol, penonjolan tulang dahi dan jarak kedua mata menjadi lebih jauh, serta tulang menjadi lemah dan keropos
Thalasemia beta sering ditemukan padaa daerah mediterania dan asia tenggara
Secara umum terdapat 2 jenis thalasemia  yaitu:
1.      Thalasemia mayor
Karena sifat gen dominan. Thalasemia mayor merupakan penyakit yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah akibatnya, penderita kekurangan sel darah merah yang bisa menyebabkan anemia. Dampak lebih lanjut seel-sel darah merahnya jadi cepat rusak dan umurpun sangant pendek, hingga yang bersangkutan memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya.
Penderita thalasemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun diusia 3-18 bulan akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa muncul gejala lain seperti detak jantung menjadi lebih cepat dan facies coooley. Facies cooley adalah cirri khas thalasemia mayor yaitu batang hidung masuk kedalam akibatnya,penderita kekurangan darah merah yang biasa menyebabkan anemia.dampak lebih lanjut ,sel-sel darah merahnya menjadi cepat rusak dan umurnya pun sangat  pendek,hingga yang bersangkutan memerlukan transfuse darah untuk memperpanjang hidupnya.penderita thalasemia mayor akan tampak normal saat lahir,namun di usia 3-18 bulan akan mulai telihat adanya gejala anemia.selain itu,juga bisa muncul gejala lain seperti  jantung berdetak lebih kencang dan facies cooley.facies cooley adalah cirri khas thalasemia mayor,yakni batang hidung masuk kedalam dan tulang pipi menonjol  akibat sumsum tulang yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.penderita thalasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih khusus.pada umumnya,penderita thalasemia mayor harus menjalani transfuse darah dan pengobatan seumur hidup.tanpa perawatan yang baik,hidup penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar1-8 bulan.seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi-lagi tergantung berat ringannya penyakit.yang pasti,semakin berat penyakit nya,kian sering pula si penderita harus menjalani transfuse darah.
2.      Thalasemia minor
Si individu hanya membawa gen penyakit thalasemia,namun individu hidup normal,tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul.walau thalasemia tidk bermasalah,namun bila ia menikah dengan thalasemia minor juga akan terjadi masalah.kemungkinan 25% anak mereka menderita thalasemia mayor.pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit thalasemia mayor dengan bebagai macam keluhan.seperti anak menjadi anemia,lemas,loyo dan sering mengalami pendarahan.thalasemia minor sudah ada senyak lahir dan akan tetap ada di sepanjang hidup penderita nya,tapi tidak memerlukan transfuse darah di sepanjang hidupnya.

D.    GEJALA
Semua thalasemia memiliki ngejala yang mirip ,tetapi b eratnya bervariasi.sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan.pada bentuk yang lebih berat,misalnya beta-thalasemia mayor,bisa terjadi sakit kuning (jaundice),luka terbuka dibkulit (ulkus,borok),batuk empedu dan pembesaran limpa.sumsum tulang yang terlalu aktif bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang,terutama tulang kepala dan wajah.tulang-tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah.ank-anak yang menderita thalasemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat di bandingkan ank lainya yang normal.karena penyebab zat besi meningkat dan seringnya mengalami transfuse,maka kelebihan zat besi bisa terkumpul dan mengendap dalam otot jantung,pada akibatnya bisa menyebabkan gagal jantung.oleh karna itu,untuk memastikan seseorang itu mengalami thalasemia atau tidak,dilakukan dengan pemeriksaan darah.gejala thalasemia dapat di lihat pada anak usia 3 bulan hingga 18 bulan.bila tidak di rawat dengan baik,anak penderita thalsemia mayor hidup hingga 8 tahun saja.
E.     DIAGNOSA
Thalasemia lebih sulit di diagnosis di bandingkan dengan penyakit hhemoglobin lainnya.hitung jenis darah komplit menunjukkan adanya anemia dan rendahnya nya MCV(mean corpuscular volume).elektroforesa bisa membantu,tetapi tidak pasti,terutama untuk alfa thalasemia.karena itu diagnosis biasa berdasarkan kepada pola herediter dan pemeriksaan hemoglobin khusus.

F.      PENGOBATAN
Pada thalasemia yang berat di perlukan transfusi darah rutin dan pemberia tambahan asam folat.penderita yang mengalami transfusi, harus menghindari tambahan zat besi dan obat-obat yang bersifat oksidatif(misalnya sulfonamide),karena zat besi yang berlebihan bisa menyebabkan keracunan.pada bentuk yang berat,mungkin perlu pengcangkokan sumsum tulang.terapi ginetik masih dalam tahap penelitian.

G.    PENCEGAHAN
Pada keluarga dengan riwayat thalasemia perlu dilakukan penyuluhan genetic untuk menentukan resiko memeliki anak yang menderita thalsemia.pengidap thalsemia yang mendapat pengobtan secara baik dapat menjalankan hidup layaknya oraang normal ditengah masyarakat.sementara zat besi yang menumpukdi dalam tubuh bisa di keluarkan dengan bantuan obat,melalui urin.penyakit thalasemia dapat di deteksi sejak bayi masih dalam kandungan,jika suami atu istri merupakan pembawa sifat (carrier)thalasemia,maka anak mereka memiliki kemungkinan sebesar 25%untuk penderita thalasemia.karena itu ,ketika sang istri mengandung,di sarankan untuk melakukan tes darah di laboratorium untuk memastikan apakah janinya mengidap thalasemia atau tidak.

Oleh : NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER

Rabu, Maret 07, 2012

Flu burung (avian influenza)


Pengertian
Flu burung (bahasa Inggris: avian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia.

Sumber penularan
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia.
Virus influenza tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari

Cara penularan
Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1. Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas alih-alih jalur migrasi burung liar.
Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.
Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah.
Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi risiko penularan.
Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu burung. Untuk mencegah penularan, hewan lain di sekitar daerah yang berkasus flu burung perlu dimusnahkan.dan dicegah penyebarannya

Gejala dan perawatan

Gejala umum yang dapat terjadi adalah demam tinggi, keluhan pernapasan dan (mungkin) perut. Replikasi virus dalam tubuh dapat berjalan cepat sehingga pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis.
Penanganan medis maupun pemberian obat dilakukan oleh petugas medis yang berwenang. Obat-obatan yang biasa diberikan adalah penurun panas dan anti virus. Di antara antivirus yang dapat digunakan adalah jenis yang menghambat replikasi dari neuramidase (neuramidase inhibitor), antara lain Oseltamivir (Tamiflu) dan Zanamivir. Masing-masing dari antivirus tersebut memiliki efek samping dan perlu diberikan dalam waktu tertentu sehingga diperlukan opini dokter.

http://id.wikipedia.org/wiki/Flu_burung

Senin, Februari 20, 2012

Plasenta Previa


A.Pengertian Plasenta Previa
Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus (rahim) sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum).
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir pada kehamilan 28 minggu atau lebih.
Plasenta atau ari-ari, baru terbentuk pada minggu keempat kehamilan. Lalu tumbuh dan berkembang bersama janin dan akan lepas saat bayi dilahirkan. Jadi, plasenta merupakan bagian dari konsepsi atau bagian dari sel telur yang dibuahi sperma.
Sel telur yang dibuahi sperma itu kelak akan berkembang menjadi janin, air ketuban, selaput ketuban, dan plasenta. Plasenta berbatasan dan berhubungan dengan selaput ketuban. Di dalam selaput terdapat kantong amnion (ketuban), di mana di dalamnya terdapat bayi berada.
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insersio sentralis).
Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 10 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri.
Fungsi Plasenta :
a.       Sebagai alat yang memberi makanan pada janin.
Plasenta memberikan nutrisi atau makanan dan oksigen pada janin, sekaligus berfungsi sebagai alat pernafasan bagi janin.
b.      Sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme.
Plasenta juga berfungsi eksresi (membuang) sampah dari metabolisme janin ke peredaran darah ibu untuk selanjutnya dibuang ke luar tubuh.
c.       Sebagai alat yang memberi zat asam dan mengeluarkan CO2.
d.      Sebagai alat pembentuk hormon.
Plasenta juga menyediakan hormon-hormon yang diperlukan janin untuk tumbuh kembang dan mendeferensiasi sesuai dengan seks (bayi lelaki atau perempuan).
e.       Sebagai alat penyalur berbagai antibodi ke janin.
Normalnya plasenta terletak di bagian fundus (bagian puncak/atas rahim), bisa agak ke kiri atau ke kanan sedikit, tetapi tidak sampai meluas ke bagian bawah apalagi menutupi jalan lahir.
Patokan jalan lahir ini adalah ostium uteri internum (disingkat OUI, yaitu mulut rahim bila dilihat dari bagian dalam rahim). Jika dilihat dari luar – dari arah vagina – disebut ostium uteri eksterum.
Plasenta merupakan suatu organ yang terbentuk pada dinding sebelah dalam uterus segera setelah terjadi pembuahan. Zat-zat makanan dan oksigen akan didistribusikan dari ibu ke janinnya melalui plasenta serta membawa sisa-sisa metabolisme ke luar dari tubuh janin.
Normalnya, plasenta melekat pada dinding atas uterus. Bagaimanapun, kurang dari 1 % kelahiran, plasenta terbentuk pada bagian bawah uterus dan sebagiannya menutupi serviks. Penutupan jalan lahir ( serviks ) disebut sebagai plasenta previa.
Jika dokter mendiagnosis adanya suatu plasenta previa atau plasenta letak rendah sebelum usia kehamilan 20 minggu, kemungkinannya masih dapat berubah. Sekitar 90 % kasus – kasus plasenta previa yang didiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu akan mengalami perubahan pada akhir kehamilannya.
Sesuai dengan pertumbuhan uterus, posisi plasenta terhadap serviks dapat berubah. Pada akhir kehamilan, plasenta tidak lagi menutupi jalan lahir.
Placenta-previa artinya “plasenta di depan” (previa = depan). Artinya, plasenta berada lebih “depan” daripada janin yang hendak keluar. Angka kejadiannya sekitar 3-6 dari 1000 kehamilan.
Ciri-ciri plasenta previa :
1. Perdarahan tanpa nyeri
2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan
6. Waktu terjadinya saat hamil
7. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
8. Denyut jantung janin ada
9. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
10. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
11. Presentasi mungkin abnormal.
B.Jenis-jenis Plasenta Previa
Terhadap jalan lahir ada 4 kemungkinan jenis plasenta previa, yakni :
1.      Placenta previa totalis
Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir. Pada posisi ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan per-vaginam (normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.
2.      Placenta previa partialis
Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada posisi inipun risiko perdarahan masih besar, dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui per-vaginam.
3.      Placenta previa marginalis
Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4.      Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang disebut juga dangerous placenta)
Posisi plasenta beberapa mm atau cm dari tepi jalan lahir. Risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan aman, asal hat-hati.
C.Etiologi
Mengapa plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu dapat diterangkan, bahwasannya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atrofi pada dosidua akibat persalinan yang lampau dan dapat menyebabkan plasenta previa tidak selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas fungsi, memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar. Plasenta yang letaknya normal sekalipun akan meluaskan permukaannya, sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir.
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20 minggu segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar.
Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak sebagai serabut otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III dengan plasenta yang letaknya normal makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.
Faktor Resiko Plasenta Previa

Penyebab utama terjadinya plasenta previa tidak diketahui. Tetapi ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan meningkatnya kesempatan seseorang untuk mengalami plasenta previa, yaitu :
1.      Operasi sesar sebelumnya. Pada wanita – wanita yang pernah menjalani operasi sesar sebelumnya, maka sekitar 4 dari 100 wanita tersebut akan mengalami plasenta previa. Resiko akan makin meningkat setelah mengalami empat kali atau lebih operasi sesar ( pada wanita – wanita yang pernah 4 kali atau lebih menjalani operasi sesar, maka 1 dari 10 wanita ini akan mengalami plasenta previa )
2.      Riwayat tindakan medis yang dilakukan pada uterus, seperti dilatasi dan kuretase atau aborsi medisinalis.
3.      Jumlah kehamilan sebelumnya. Plasenta previa terjadi pada 1 dari 1500 wanita yang baru pertama kali hamil. Bagaimanapun, pada wanita yang telah 5 kali hamil atau lebih, maka resiko terjadinya plasenta previa adalah 1 diantara 20 kehamilan.
4.      Usia ibu hamil. Diantara wanita-wanita yang berusia kurang dari 19 tahun, hanya 1 dari 1500 yang mengalami plasenta previa. Satu dari 100 wanita yang berusia lebih dari 35 tahun akan mengalami plasenta previa. Wanita lebih dari 35 tahun, 3 kali lebih berisiko.
5.      Multiparitas, apalagi bila jaraknya singkat. Secara teori plasenta yang baru berusaha mencari tempat selain bekas plasenta sebelumnya.
6.      Kehamilan dengan janin lebih dari satu ( seperti kembar dua atau kembar tiga ).
7.      Merokok sigaret, menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang beredar dalam tubuh janin, sehingga merangsang pertumbuhan plasenta yang besar. Plasenta yang besar dihubungkan dengan perkembangan plasenta previa.
8.      Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim sehingga mempersempit permukaan bagi penempelan plasenta.
9.      Adanya jaringan parut pada rahim oleh operasi sebelumnya. Dilaporkan, tanpa jaringan parut berisiko 0,26%. Setelah bedah sesar, bertambah berturut-turut menjadi 0,65% setelah 1 kali, 1,8% setelah 2 kali, 3% setelah 3 kali dan 10% setelah 4 kali atau lebih.
10.  Adanya endometriosis (adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya, misalnya di indung telur) setelah kehamilan sebelumnya.
11.  Riwayat plasenta previa sebelumnya, berisiko 12 kali lebih besar.
12.   Adanya trauma selama kehamilan.
13.  Kebiasaan tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol.
D. Epidemiologi Plasenta Previa
Di Indonesia tercatat dari laporan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, antara tahun 1971-1975, terjadi 37 kasus plasenta previa diantara 4781 persalinan terdaftar, atau kira-kira 1 diantara 125 persalinan terdaftar.
Di Amerika Serikat, plasenta previa terjadi sekitar 0,3 – 0,5 % dari semua persalinan. Sedangkan jumlah kematian perinatal yang diakibatkan oleh plasenta previa sekitar 0,03%.(Joy,2005) Di negara yang sedang berkembang, perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, hampir selalu merupakan malapetaka besar bagi penderita maupun penolongnya karena dapat menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya.
Pada umumnya insiden plasenta previa 1 dari 250 kehamilan. Frekuensinya bervariasi, namun pada nulipara kejadiannya hanya 1 dari 1000 sampai 1500 kehamilan, dimana kejadiannya pada multipara sebesar 1 kejadian dari 29 kehamilan. Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio.
Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion.
Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa.
Oleh karena itu, meskipun perdarahan yang pertama jarang, bahkan bisa dibilang tidak berbahaya, namun bila tidak dilakukan penanganan yang tepat dan segera, maka akan dapat terjadi perdarahan berulang yang akan mengancam keselamatan ibu dan janinnya.
Di banyak daerah di Indonesia, karena keadaan yang serba kurang akan memaksa penolong menangani setiap kasus secara individual, tergantung pada keadaan ibu, keadaan janin, dan keadaan fasilitas pertolongan dan penolong pada waktu itu. Darah sebagai obat utama untuk mengatasi perdarahan belum salalu ada atau cukup tersedia di rumah sakit. Kurangnya kesadaran akan bahaya perdarahan baik oleh penderita maupun penolong, atau sukarnya pengangkutan cepat ke rumah sakit mengakibatkan terlambatnya penderita mendapatkan pertolongan yang layak. 
Semua keadaan tersebut diatas, ditambah dengan fasilitas pertolongan dan tenaga penolong yang kurang, akan sangat melipatgandakan beban pekerjaan para penolongnya, sehingga penanggulangannya sering tidak berhasil dengan baik.